Tinta Media – Untuk mencapai perjuangan maksimal di bulan Ramadhan, Founder Institut Muamalah Indonesia KH. M. Shiddiq Al-Jawi, M.Si. menjelaskan perlunya persiapan menyongsong bulan Ramadhan.
“Bagaimana agar perjuangan ini maksimal, perlu ada persiapan-persiapan menyongsong datangnya bulan Ramadhan,” jelasnya pada Tabligh Akbar Tarhib Ramadhan 1443H yang bertajuk Ramadhan Berkah dengan Syariah Kaffah, Kamis(31/3/2022) di kanal YouTube Kaffah Channel.
Menurutnya, setidaknya ada 4 persiapan untuk menyongsong datangnya bulan Ramadhan.
Pertama, persiapan mental (nafsiyah). Dengan datangnya bulan Ramadhan sikap mental umat adalah bergembira. Karena di bulan Ramadhan banyak hal-hal luar biasa. Pahala-pahala dilipat gandakan, maka bagi seorang muslim, adanya keistimewaan tersebut perlu menyambutnya dengan gembira.
Ia menyampaikan sebuah hadis, Rasulullah saw telah bersabda: “Apabila datang bulan Ramadhan, dibukalah pintu-pintu surga dan ditutuplah pintu-pintu neraka, kemudian setan-setan akan dibelenggu.” (HR. Imam Bukhori dan Imam Muslim).
Maknanya, ketika pintu surga dibuka, maka rahmat Allah akan banyak mengalir pada Umat Islam. ketika pintu-pintu neraka ditutup, maknanya azab-azab dari Allah itu ditiadakan selama bulan Ramadhan. Kemudian setan-setan dibelenggu maknanya adalah hamba-hamba Allah yang bermaksiat itu akan sedikit/berkurang di bulan Ramadhan.
Maka kondisi ini patut disambut dengan gembira. Kegembiraan itu diwujudkan dengan melakukan berbagai kegiatan yang mengekspresikan kegembiraan misalnya tarhib Ramadhan, artinya selamat datang Ramadhan.
Kedua, persiapan kesehatan. Diusahakan jangan sampai sakit. Ketika sakit, maka untuk meraih keutamaannya bisa berkurang. Memang ada jalan keluarnya, bagi yang sakit bisa mengganti puasanya pada hari-hari di luar bulan Ramadhan namun tidak bisa meraih keutamaan Ramadhan. Bahkan dijelaskan bahwa kesehatan merupakan kenikmatan kedua setelah iman.
Ketiga, persiapan ilmu. Menurutnya, penting ilmu sebelum beramal, termasuk ilmu sebelum berpuasa. Review kembali rukun-rukun dan syarat-syarat puasa. Termasuk sebab puasa yaitu rukyatul hilal.
Ia menyampaikan satu bab yang dibuat Imam Bukhori tentang ilmu sebelum amal dan sebelum berkata-kata(berucap). Jadi seseorang sebelum melakukan suatu perbuatan, harus ada ilmunya.
Disinilah persiapan ilmu, diulang lagi persoalan niat puasa dan banyak keilmuan lain termasuk juga aspek-aspek kontemporer atau kekinian yang perlu diketahui terkait fikih puasa.
Ia memberi contoh, “Misalnya: kalau berpuasa suatu saat diharuskan suntik, misal vaksin, puasanya batal atau tidak? Donor darah, apakah membatalkan puasa?” tuturnya.
Keempat persiapan harta benda. Ustaz Shiddiq menjelaskan bahwa di bulan Ramadhan ada amal shalih yang terkait dengan harta. Misalnya shodaqoh, ketika Allah menganjurkan bershodaqoh, dengan kata lain, harta harus punya. “Mana mungkin seseorang bershodaqoh kalau tidak punya harta. Misalnya zakat fitrah, harus punya harta,” jelasnya.
Selain 4 persiapan tersebut, ia sampaikan perlunya planing-planing sukses di bulan Ramadhan yang disusun mengikuti tujuan atau hikmah dari puasa Ramadhan. “Jangan sampai planing tapi tidak tahu tujuan puasa Ramadhan. Allah menerangkan hikmah dari puasa Ramadhan itu adalah ketakwaan,” terangnya.
Planing harus mempunyai tujuan yang jelas. Dari tujuan itu, bisa disusun apa kegiatan yang akan dilakukan sesuai prioritas. Kegiatan dengan prioritas wajib, kemudian sunah, mubah, serta menjauhi yang makhruh (larangan yang tidak tegas) dan haram (larangan yang jelas).
“Mudah-mudahan dengan persiapan-persiapan itu, kita dapat maksimal dalam menjalankan amal-amal di bulan Ramadhan. Tanpa persiapan itu tidak akan bisa berhasil berjuang maksimal,” pungkasnya. []Raras