“Bahwa para nabi dalam hubungannya dengan kekuasaan atau negara itu ada dua macam, dua tipe nabi. Pertama, ada nabi yang dia itu hanya menjadi nabi tetapi tidak menjadi kepala negara, tidak menjadi penguasa. Yang kedua,ada yang menjadi nabi sekaligus menjadi pemimpin,” bebernya di hadapan peserta acara Maulid Leadership Forum 1444H : Meneladani Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW,” Ahad (23 Oktober 2022) di Gedung Balai Muslimin Kota Mungkid Kabupaten Magelang.
Lebih lanjut Kiai mengungkap contoh Nabi Isa AS adalah nabi tipe pertama yaitu ia berkedudukan sebagai nabi tetapi tidak menjadi kepala negara. Mendapat wahyu dari Allah kemudian menyampaikannya kepada manusia. Sedangkan Nabi Sulaiman AS dia nabi, mendapat wahyu dari Allah SWT kemudian menyampaikannya kepada manusia. Tidak cukup sampai disitu, Sulaiman AS juga mempunyai kekuasaan, bahkan kerajaannya memimpin tidak hanya dari golongan manusia tetapi juga hewan dan jin.
“Semuanya menjadi rakyatnya Nabi Sulaiman,” ungkapnya.
Ia kemudian menjelaskan bahwa kedudukan Nabi Muhammad lebih dekat kepada Nabi Sulaiman AS daripada kepada Nabi Isa AS.
“Karena Beliau SAW tidak hanya menjadi nabi, mendapat wahyu kemudian menyampaikan kepada umat manusia. Tetapi juga menjadi pemimpin yang mempunyai kekuasaan, khususnya setelah Nabi Muhammad SAW berhijrah ke Madinah,” ujarnya.
Ketika Beliau masih berada di Mekah, lanjut Kiai, Beliau hanya memiliki satu kedudukan yaitu hanya sebagai Nabi, karena belum mempunyai kekuasaan.
“Belum menjadi pemimpin ketika di Mekah, tetapi setelah beliau berhijrah ke Madinah, Beliau memiliki kekuasaan, mempunyai negara,” tegas Ustaz.
Ahli Fiqih Islam menjelaskan perihal kekuasaan Nabi SAW tersebut kemudian dirumuskan oleh seorang ulama yang bernama Syaikh Taqiyudin An Nabhani di dalam kitab yang ia tuliskan Nidhomul Hukmi fii Islam, Syaikh mengatakan:
Dahulu Nabi Muhammad SAW itu memegang kedudukan sebagai Nabi atau Rasul. Dan pada saat yang sama Nabi memegang kedudukan sebagai pemimpin umat Islam dalam penegakkan hukum-hukum Islam.
Nabi istimewa
“Jadi Nabi Muhammad SAW adalah nabi yang istimewa, sosok yang istimewa. Tidak hanya bertugas menyampaikan wahyu tetapi juga menjadi pemimpin umat. Itulah Nabi kita, Takbir!” bebernya.
Ustaz mengutip sebuah hadis,
Dahulu Bani Israel diurusi dan dipelihara oleh para nabi, setiap kali seorang nabi meninggal digantikan oleh nabi, dan sesungguhnya tidak ada nabi sesudahku, dan akan ada para khalifah, dan mereka banyak. (HR Bukhari, Muslim, Ibnu Majah, Ahmad)
“Jadi, di dalam hadis itu, kedudukan Beliau sebagai Nabi dan Rasul setelah Beliau meninggal, selesai. Tidak turun wahyu lagi,” imbuhnya.
Dalam hadis yang lain, ia uraikan, telah terputus Kenabian, Risalah maka tidak ada Nabi lagi, tidak ada Rasul lagi setelah aku.
“Tetapi ada fungsi atau tugas yang asalnya dari Nabi dilanjutkan tidak berakhir dengan meninggalnya Nabi,” ujar Ustaz.
Setelah Nabi SAW meninggal, terang dia, dilanjutkan oleh para khalifah. Mulai dari Khalifah Abu Bakar As shidiq dilanjutkan oleh Khalifah Umar bin Khatab kemudian Khalifah Utsman bin Affan, dilanjutkan Khalifah Ali bin Abi Thalib dan seterusnya.
“Inilah penerus-penerus Nabi Muhammad SAW dalam tugas yang kedua (setelah Rasul hijrah ke Madinah), yaitu sebagai kepala negara,” tegasnya.
Disitulah perbedaan Islam dengan agama lain, bebernya, berbeda dengan Kristen. Kalau Kristen itu agama tanpa negara agama tanpa politik agama tanpa pemerintahan.
“Karena Nabinya sendiri, Nabi Isa AS memang tugasnya hanya menyampaikan wahyu, tidak punya tugas, tidak diberi amanah oleh Allah SWT untuk menjadi pemimpin. Beda dengan Nabi Muhammad SAW, tidak hanya menyampaikan wahyu tetapi juga menjadi pemimpin umat, menjadi kepala negara. Setelah Beliau meninggal dilanjutkan oleh para khalifah,” pungkasnya.
Source : https://www.tintasiyasi.com/2022/10/kiai-shiddiq-al-jawi-beberkan-dua-tipe.html?m=1