Mediaumat.info – Menjawab salah satu pertanyaan mengapa negeri-negeri Islam di sekitar Palestina tidak mengirim pasukan militer ke Palestina, Pakar Fikih Kontemporer sekaligus Founder Institut Muamalah Indonesia KH Muhammad Shiddiq al-Jawi menegaskan bahwa pemimpin-pemimpin negeri Islam telah terkena penyakit al-wahn.
“Mengapa pemimpin negeri-negeri Islam tidak mau berperang melawan Yahudi?. Jawabannya karena mereka terkena penyakit al-wahn, yaitu cinta dunia dan benci untuk berjihad,” tegasnya sebagaimana dijelaskan dalam website pribadinya shiddiqaljawi.com, Selasa (28/11/2023).
Kiai Shiddiq menjelaskan, yang dimaksud dengan cinta dunia (hubbu al-dunyā) adalah kecintaan kepada hal-hal yang bersifat duniawi, seperti harta, wanita, kedudukan, kekuasaan, dan sebagainya, yang diperoleh dengan cara yang melanggar Islam (mukhālafāt syar’iyyah). Misalnya, diperoleh dengan cara yang haram, seperti investasi ribawi, suap menyuap (risywah), dsb, atau diperoleh dengan cara yang halal akan tetapi dengan meninggalkan kewajiban-kewajiban syariah, misalnya meninggalkan kewajiban sholat, meninggalkan kewajiban berbusana syariah, meninggalkan kewajiban zakat harta (zakāt al-māl), meninggalkan kewajiban jihād fī sabīlillāh, dan sebagainya.
Sedangkan benci kematian (karāhiyat al-maut), yang dimaksudkan bukan benci kematian dalam arti umum, melainkan benci kepada kematian yang sifatnya khusus, yaitu kematian dalam perang atau jihād fī sabīlillāh. Jadi, lanjutnya, benci kematian itu, maksudnya adalah benci untuk melakukan jihād fī sabīlillāh.
Kiai Shiddiq mengutip hadits riwayat Imam Ahmad yang menjadi bayān (penjelasan) dari hadits riwayat Imam Abu Dawud (hadits tentang penyakit al-wahn) yang masih bersifat global (mujmal), bahwa yang dimaksud dengan benci kematian adalah benci terhadap jihād fī sabīlillāh.
Dalam kitab Al-Musnad, Imam Ahmad, rahimahullāh, meriwayatkan satu riwayat hadits sebagai berikut :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لِثَوْبَانَ : كَيْفَ أَنْتَ يَا ثَوْبَانُ، إِذْ تَدَاعَتْ عَلَيْكُمُ الْأُمَمُ كَتَدَاعِيكُمْ عَلَى قَصْعَةِ الطَّعَامِ تُصِيْبُونَ مِنْهُ؟ قَالَ ثَوْبَانُ: بِأَبِي وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَمِنْ قِلَّةٍ بِنَا؟ قَالَ لَا، بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ، وَلَكِنْ يُلْقَى فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنُ قَالُوا: وَمَا الْوَهْنُ؟ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ : حُبُّكُمْ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَتُكُمْ الْقِتَالُ
Dari Abu Hurairah RA, dia berkata,”Aku pernah mendengar Rasulullah SAW berkata kepada Tsauban RA, “Bagaimana kamu hai Tsauban, ketika umat-umat mengerumuni kamu (umat Islam), seperti kamu berkerumun pada satu wadah makanan yang kamu peroleh?” Tsauban bertanya,”Demi ayahku dan ibuku, wahai Rasulullah, apakah itu karena kami berjumlah sedikit?” Rasulullah SAW menjawab,”Tidak, bahkan jumlah kamu pada waktu itu banyak, namun telah tertanam ke dalam hati kalian Al-Wahn.” Mereka (para sahabat) bertanya,”Apakah Al-Wahn itu, wahai Rasulullah?” Rasulullah SAW menjawab,”Cinta kamu pada dunia dan kebencian kamu pada perang (jihad).” (HR. Ahmad, Al-Musnad, 2/359, nomor 8713).
“Berdasarkan hadits riwayat Imam Ahmad ini, terdapat bayān (penjelasan) dari kalimat ‘benci kematian’ (karāhiyat al-maut) yang bermakna global (mujmal) dalam hadits riwayat Imam Abu Dawud. Dalam hadits riwayat Imam Ahmad, tafsiran dari ‘benci kematian’ (karāhiyat al-maut) adalah ‘bencinya kamu kepada perang/jihad’ (karāhiyatukum al-qitāl),” bebernya.
“Bagaimana mungkin mereka akan berangkat berjihad di Palestina melawan Yahudi, sedangkan mereka membenci jihād-nya itu sendiri?” tegas Kiai Shiddiq.
Kiai Shiddiq memandang sudah terbukti bahwa saat ini pemimpin-pemimpin negeri Islam memang para pembenci ajaran Islam yang bernama jihad.
“Arab Saudi telah banyak merevisi buku-buku teks pelajaran dalam kurikulum pendidikan mereka, yang substansinya mengubah posisi ‘Israel’ dari musuh menjadi sahabat atau teman. Hal ini ditunjukkan oleh sebuah berita di situs detik.com tanggal 20 Juni 2023 yang berjudul Arab Saudi Perlahan Hapus Materi Anti-Israel dari Buku Pelajaran,” ungkapnya.
Bahkan, lanjut Kiai Shiddiq, hal yang sama juga telah berjangkit di Indonesia.
“Situs republika.co.id pada tanggal 9 Desember 2019 menurunkan berita berjudul ‘Tak Dihapus, Kemenag Revisi Materi Khilafah dan Jihad’. Berita ini isinya mengklarifikasi bahwa Kemenag (Kementerian Agama) tidak menghapus materi tentang jihad dan khilafah dari kurikulaum MAN (Madrasah Aliyah Negeri), melainkan hanya melakukan ‘perbaikan dengan meletakkan materi-materi itu (khilafah dan jihad) pada porsi dan konteks pembicaraan yang sesuai dan proporsional’. Maksudnya, Kemenag tidak menghapus materi jihad dan khilafah, melainkan hanya memindahkan materi jihad dan khilafah itu, yang asalnya terdapat dalam pelajaran Fiqih Islam (hukum Islam), ke mata pelajaran Sejarah dan Kebudayaan Islam,” ungkapnya.
Pemimpin Negeri Islam Tunduk Pada Barat
Selain itu, mengapa para pemimpin tidak mengirim bantuan militer ke Palestina, adalah karena ketundukan para pemimpin negeri Islam kepada Barat, khususnya Amerika Serikat, sehingga mereka pun akhirnya mengekor saja pada kebijakan politik internasional dari negara-negara Barat.
Akhirnya, ketika Amerika Serikat menggariskan solusi masalah Palestina dengan solusi dua negara (two state solution), misalnya, maka pemimpin negeri-negeri Islam pun, seperti Arab Saudi, Turki, Mesir, dan bahkan Indonesia, akhirnya ramai-ramai mengekor dan bertaklid buta pada kebijakan solusi dua negara yang sangat tidak adil tersebut.
Kiai Shiddiq membeberkan bahwa sikap pemimpin negeri Islam yang tunduk terhadap Barat jauh hari Rasulullah SAW telah memberikan isyarat. Sebagaimana dalam sebuah hadits.
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ ، وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبٍّ لَاتَّبَعْتُمُوهُمْ ، قُلْنَا : يَا رَسُولَ اللَّهِ آلْيَهُودَ وَالنَّصَارَى ، قَالَ : فَمَنْ .أخرجه البخاري (7320) ، مسلم (2669) .
Dari Abu Sa’īd Al-Khudriy RA, dia berkata,”Rasulullah SAW telah bersabda “Sungguh kamu (umat Islam) akan benar-benar mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga kalau pun mereka masuk ke dalam lubang biawak, kamu pasti akan tetap mengikuti mereka.” Kami bertanya,“Wahai Rasulullah, apakah mereka itu kaum Yahudi dan Nasrani?” Rasulullah SAW menjawab, “Lalu siapa lagi (kalau bukan mereka)?” (HR. Bukhari, no. 7320; Muslim, no 2669).
Menurutnya, hadits tersebut merupakan salah satu hadits Nabi SAW yang menjelaskan kondisi umat Islam di akhir zaman, ketika umat Islam akan mengikuti cara hidup kaum Yahudi dan kaum Nasrani, walaupun apa yang dilakukan oleh kaum Yahudi dan kaum Nasrani itu sangat tidak layak bagi perikehidupan manusia.
Inilah yang diungkapkan oleh Nabi SAW dengan sabda beliau,”masuk ke lubang biawak.” (law dakhalū fī juhri dhabbin). Dan pada masa kini, apa yang disebut Barat, yaitu negara-negara Amerika Serikat dan Eropa, pada faktanya adalah masyarakat-masyarakat yang beragama Yahudi dan Nasrani.
Karena, Kiai Shiddiq memandang, jelas tidak mungkin pemimpin negeri Islam akan mengambil sikap yang tegas dan benar untuk berperang membela Palestina dan melawan “Israel”, karena mereka akan berhadapan dengan “majikan” mereka sendiri, yaitu Amerika Serikat, yang telah menjadi pendukung “Israel”.
“Maka dari itu, wajarlah kalau mereka hanya mampu mengecam ‘Israel’ dengan mulut mereka. Hanya mampu berdoa untuk Palestina dengan mulut-mulut mereka. Kalau pun mereka memberi bantuan, itu pun juga sekedar bantuan kemanusiaan, bukan bantuan militer seperti pasukan militer atau alat utama sistem persenjataan (alutsista), seperti pesawat tempur, roket, bom, dan sebagainya. Jelas tidak mungkin berharap ada bantuan militer demikian dari para penguasa negeri-negeri Islam itu, karena mereka sesungguhnya adalah sekutu-sekutu yang hanya bisa patuh dan tunduk pada Amerika Serikat yang kafir,” pungkasnya [] Ade Sunandar