Home Aqidah KEBAKARAN HEBAT DI LOS ANGELES AMERIKA SERIKAT MUSIBAH ATAU AZAB?

KEBAKARAN HEBAT DI LOS ANGELES AMERIKA SERIKAT MUSIBAH ATAU AZAB?

46

Oleh : KH. M. Shiddiq Al-Jawi

 

Pendahuluan

Kebakaran hebat telah membakar dan menghajar habis sejumlah wilayah Los Angeles (LA), California, Amerika Serikat, sejak Selasa 7 Januari 2025. Hingga hari ini (Jumat 17/01/2025) apinya belum berhasil dipadamkan dan bahkan ada gejala semakin meluas. Wilayah-wilayah Los Angeles yang dilaporkan terbakar ada 7 (tujuh) wilayah, yaitu; Palisades, Eaton, Hurst, Lidia, Sunset, Woodly, dan Olivia. Titik awal api mulai muncul kira-kira pukul 10:30 waktu setempat (07/01/2025). Tetapi bagaimana awal munculnya titik api itu, masih belum terungkap secara tuntas. Boleh jadi itu karena sambaran petir, atau boleh jadi sisa api unggun dari sebagian orang yang merayakan tahun baru di hutan, seperti kata sebagian pakar, yang kemudian membakar pohon dan semak di hutan-hutan di perbukitan Los Angeles.

Setidaknya terdapat 3 (tiga) faktor yang memperparah dan menyebarkan api secara besar-besaran dalam kebakaran di Los Angeles ini, yaitu :

Pertama, faktor cuaca yang kering karena tidak turunnya hujan beberapa waktu, sebagai akibat dari perubahan iklim yang terjadi pada akhir 2024 dan awal tahun 2025 ini. Kondisi cuacanya berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, yaitu tahun 2022 dan 2023 yang lalu, karena pada tahun-tahun tersebut pada awal-awal Januari biasanya turun hujan yang deras di Los Angeles;

 Kedua, faktor tata ruang kota di Los Angeles yang buruk, karena wilayah-wilayah perbukitan yang selama ini berupa hutan dengan banyak pohon, telah diubah menjadi pemukiman sejak tahun 1990-an. Akibatnya pohon-pohon yang bisa menahan kebakaran pun, akhirnya lenyap dan berganti dengan tanaman hias, perdu dan semak, yang tidak lagi dapat menahan api.

Ketiga, faktor angin Santa Ana yang berhembus cepat, yang dapat mencapai kecepatan 95 km/jam hingga 160 km/jam, sehingga angin ini turut menerbangkan daun, ranting, atau amber (resin pohon yang telah membatu) yang masih menyala-nyala dengan api ke segala arah dan menyebarkan api secara dahsyat dan meluas.[1]

Kebakaran dahsyat ini telah menimbulkan dampak-dampak yang mengerikan. Kebakaran yang disebutkan paling besar dalam sejarah Amerika Serikat ini, telah menghanguskan wilayah seluas 39.000 hektar, membakar hangus lebih dari 12.000 bangunan, dan menewaskan sedikitnya 24 orang, dan 13 orang lainnya dinyatakan hilang, serta sekitar 100.000 orang mengungsi. (data Selasa 14 Januari 2025).[2] Adapun kerugian finansial yang diakibatkan oleh kebakaran ini, diperkirakan 250-270 miliar dolar AS, atau sekitar Rp 4.000 triliun hingga Rp 4.469 triliun. (data Rabu 15 Januari 2025).[3]

 

Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan 3 (tiga) poin terkait kebakaran Los Angeles tersebut :

Pertama, penjelasan ilmiah dan penjelasan aqidah terhadap fenomena musibah.

Kedua, identifikasi musibah apakah merupakan ujian atau azab Allah.

Ketiga, kebakaran Los Angeles sebagai azab Allah.

 

Musibah Antara Penjelasan Ilmiah dan Penjelasan Aqidah

Para ulama mendefinisikan musibah sebagai berikut :

اَلْمُصِيْبَةُ هِيَ كُلُّ مَكْرُوْهٍ يَحُلُّ بِالْإِنْسَانِ

“Musibah adalah segala sesuatu yang dibenci yang terjadi pada manusia.” (kullu makrūhin yaḥullu bi al-insān).” (Ibrahim Anis dkk, Al-Mu’jam al-Wasīṭ, hlm. 527).

Berbagai bencana yang terjadi, termasuk kebakaran di Los Angeles, adalah musibah, karena telah melahirkan berbagai hal yang dibenci oleh umumnya manusia, seperti kematian anggota keluarga, robohnya rumah, rusaknya perabotan, dsb.

Musibah ini dapat dijelaskan melalui dua cara :

Pertama, penjelasan ilmiah, yaitu penjelasan mengenai sebab akibat (as-sababiyyah) sesuai dengan hukum alam yang terdapat di alam semesta. Penjelasan ilmiah ini sifatnya empiris, yakni dapat diindera (al-mahsūs) oleh manusia siapa pun, objektif, dalam arti sesuai fakta apa adanya, dan universal, dalam arti dapat dipercayai oleh siapa pun, serta tidak dikaitkan dengan kualitas keimanan atau ketaatan manusia kepada Allah.

Sebagai contoh, musibah kebakaran Los Angeles dapat dijelaskan dengan mengatakan bahwa ada sejumlah faktor mengapa kebakaran Los Angeles terjadi, yaitu : faktor cuaca yang kering, faktor tata ruang kota di Los Angeles yang buruk, dan faktor angin Santa Ana yang turut menyebarkan api. Penjelasan ini dapat disebut penjelasan ilmiah (scientific explanation).

Kedua, penjelasan aqidah, yaitu penjelasan mengenai musibah yang didasarkan pada keimanan kepada wahyu (Al-Qur`an dan Al-Hadits). Penjelasan aqidah ini sifatnya non-empiris, yakni tidak dapat dibuktikan dengan indera (ghairu mahsūs), bersifat subjektif, yaitu sesuai opini atau tafsir pribadi dari seseorang, bersifat tidak universal, yakni hanya dipercayai oleh orang yang beriman, dan dikaitkan dengan kualitas keimanan dan ketaan manusia dengan Allah.

Sebagai contoh, musibah kebakaran Los Angeles dapat dijelaskan dengan mengatakan Allah SWT telah menurunkan azab-Nya kepada masyarakat Amerika Serikat, khususnya di Los Angeles, karena selama ini mereka mendukung pemerintah Amerika Serikat yang membantu Yahudi Zionis untuk membantai umat Islam secara kejam dan biadab di Palestina. Penjelasan ini dapat disebut penjelasan aqidah (explanation based on aqidah/iman).

Dengan demikian, penjelasan ilmiah terhadap suatu fenomena sesungguhnya dapat diterima oleh umat Islam, tidak perlu dinafikan, selama betul-betul objektif dan tidak ada bias yang berusaha mempertentangkan fenomena ilmiah dengan Aqidah Islam dan Syariah Islam.

Namun bagi seorang muslim, tentunya fenomena alam semesta tidaklah cukup hanya ditinjau dengan pendekatan ilmiah saja, dan perlu ditambah dengan satu penjelasan lagi, yaitu penjelasan Aqidah. Mengapa demikian? Karena ada 2 (dua) alasan sebagai berikut:

Pertama, karena Islam telah memberikan penjelasan lebih dalam dan tak terbatas mengenai fenomena, dengan suatu pandangan yang melampaui yang zhāhir, yaitu penjelasan di balik realitas empiris yang dapat dijangkau panca indera manusia. Inilah yang akan membedakan seorang muslim dengan orang non-muslim (kafir) yang tidak beriman kepada wahyu, yang hanya akan memandang fenomena secara sempit dan terbatas pada aspek-aspek empiris (dapat diindera) semata. Firman Allah SWT :

يَعْلَمُونَ ظَاهِرًا مِنَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ

Mereka (orang kafir) hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai.” (QS. Ar-Rūm : 7).

Kedua, Islam juga terbukti telah memberikan penjelasan Aqidah untuk suatu fenomena berdasarkan berita wahyu dari Allah. Misalnya fenomena banjir yang menimpa kaumnya Nabi Nuh AS, yang dikaitkan dengan sikap kaum itu yang tidak mau beriman dengan Nabi Nuh AS. Firman Allah SWT :

فَكَذَّبُوْهُ  فَاَ نْجَيْنٰهُ  وَا لَّذِيْنَ  مَعَهٗ  فِى  الْفُلْكِ  وَاَ غْرَقْنَا  الَّذِيْنَ  كَذَّبُوْا  بِاٰ يٰتِنَا  ۗ اِنَّهُمْ  كَا نُوْا  قَوْمًا  عَمِيْنَ

 “Maka, mereka mendustakannya (Nuh). Lalu Kami selamatkan dia dan orang-orang yang bersamanya di dalam kapal. Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Sesungguhnya mereka adalah kaum yang buta (mata hatinya).” (QS. Al-A’raf : 64).

Demikian juga, akan kita dapati ayat-ayat dan hadits-hadits yang menunjukkan hubungan musibah dengan kualitas keimanan dan ketaatan manusia kepada Allah. Misalnya firman Allah SWT :

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

“Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (para rasul dan ayat-ayat Kami). Maka, Kami menyiksa mereka disebabkan oleh apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. Al-A’rāf : 96).

Firman Allah SWT :

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

“Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan (dosa dan maksiat) manusia. (Melalui hal itu) Allah bermaksud agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka itu, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS Al-Rūm : 41).

Firman Allah SWT :

فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقٰى وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى

“Barang siapa yang mengikuti petunjuk-Ku, dia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Barang siapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit. Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” (QS. Thaha : 123-125).

Dalam hadits-hadits Nabi SAW, juga akan kita dapati hadits-hadits yang menunjukkan hubungan musibah dengan kualitas keimanan dan ketaatan manusia kepada Allah. Misalnya sabda Nabi SAWdalam hadits shahih berikut ini :

إِذَا ظَهَرَ الزِّنَا وَالرِّبَا فِيْ قَرْيَةٍ، فَقَدْ أَحَلُّوْا بِأَنْفُسِهِمْ عَذَابَ اللهِ. أخرجه الطبراني في الكبير وصححه الألباني في صحيح الجامع 679

“Jika telah nampak zina dan riba secara terang-terangan di suatu negeri, berarti sungguh penduduknya telah menghalalkan dirinya untuk mendapatkan azab Allah.” (HR. Al-Thabrani, dalam Al-Mu’jam Al-Kabār, hadits ini dinilai shahih oleh Syekh Nashiruddin Al-Albani, dalam kitabnya Shahīh Al-Jāmi’, hlm. 679).

Hadits Nabi SAW berikut juga mengkaitkan fenomena musibah dengan ketaatan kepada Allah SWT :

عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُوْلَ اللهِ صَلىَّ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ : يَا مَعْشَرَ الْمُهَاجِرِيْنَ ! خِصَالٌ خَمْسٌ إِذَا ابتُلِيتُمْ بِهِنَّ ، وَأَعُوْذُ بِاللهِ أَنْ تُدْرِكُوْهُنَّ : لَمْ تَظْهَرِ الْفَاحِشَةُ فِيْ قَوْمٍ قَطُّ ؛ حَتَّى يُعْلِنُوْا بِهَا ؛ إِلاَّ فَشَا فِيْهِمُ الطَّاعُوْنُ وَاْلأَوْجَاعُ الَّتِيْ لَمْ تَكُنْ مَضَتْ فِيْ أَسْلاَفِهِم الَّذِيْنَ مَضَوْا ، وَلَمْ يَنْقُصُوا المِكْيالَ وَالْمِيْزَانَ إِلَّا أُخِذُوا بِالسِّنِيْنَ وَشِدَّةِ المُؤْنَةِ ، وَجَوْرِ السُّلْطَانِ عَلَيْهِمْ ، وَلَمْ يَمْنَعُوا زَكَاةَ أَمْوَالِهِمْ إِلاَّ مُنِعُوا القَطْرَ مِنَ السَّمَاءِ ، وَلَوْلاَ الْبَهَائِمُ لَمْ يُمْطَرُوْا ، وَلَمْ يَنْقُضُوا عَهْدَ اللهِ وَعَهْدَ رَسُولِهِ إِلاَّ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْهِمْ عَدُوَّهُمْ مِنْ غَيْرِهِمْ ، فَأَخَذُوْا بَعْضَ ماَ كَانَ فِيْ أَيْدِيْهِم ، وَمَا لَمْ تَحْكُمْ أَئِمَّتُهُمْ بِكِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ وَيَتَخَيَّرُوْا فِيْماَ أَنْزَلَ اللهُ إِلاَّ جَعَلَ اللهُ بَأْسَهُمْ بَيْنَهُمْ. أخرجه ابن ماجه برقم 4019 ، والطبراني في المعجم الأوسط برقم 4671 ، والحاكم برقم 4623.

 Dari ‘Abdullah bikn ‘Umar RA, bahwa Rasulullah SAW telah bersabda,“Wahai kaum Muhajiriin, akan ada lima perkara yang kalian akan diuji dengannya, dan aku berlindung kepada Allah semoga kalian tidak menemuinya;

1) Tidaklah zina nampak (terang-terangan) pada satu kaum, hingga mereka menampakkannya, kecuali akan tersebar di tengah-tengah mereka wabah penyakit tha’un dan penyakit-penyakit yang belum pernah ada pada generasi sebelumnya.

2) Dan tidaklah mereka mengurangi takaran dan timbangan, kecuali mereka akan diazab dengan kelaparan, dengan beratnya beban kehidupan, dan dengan kezaliman penguasa atas mereka.

3) Dan tidaklah mereka menahan zakat harta-harta mereka, kecuali mereka akan dihalangi dari hujan dari langit. Andaikata bukan karena hewan-hewan, niscaya mereka tidak akan mendapatkan hujan.

4) Dan tidaklah mereka melanggar perjanjian dengan Allah dan perjanjian dengan Rasul-Nya, kecuali Allah akan menguasakan atas mereka musuh dari kalangan selain mereka, yang merampas sebagian milik mereka.

5). Dan tidaklah para penguasa mereka tidak berhukum dengan Kitabullah, dan hanya memilih-milih dari hukum yang diturunkan oleh Allah, kecuali Allah akan menjadikan kebinasaan mereka berada di antara mereka.” (HR. Ibnu Majah, no. 4019; Al-Thabrani, Al-Mu’jam Al-Awsath, no. 4671; Al-Hakim, no. 4623).

Demikianlah sebagian contoh ayat-ayat dan hadits-hadits yang menunjukkan hubungan musibah dengan kualitas keimanan dan ketaatan manusia kepada Allah.

 

Dengan demikian, jelaslah bahwa bagi seorang muslim, fenomena alam semesta tidaklah cukup dijelaskan hanya dengan penjelasan ilmiah saja, namun perlu ditambah dengan satu penjelasan lagi, yaitu penjelasan Aqidah, yakni penjelasan dari wahyu yang menghubungkan musibah dengan keimanan dan ketaatan kita sebagai umat Islam.

Hubungan penjelasan ilmiah dan penjelasan aqidah tersebut bersifat komplementer bukan hubungan kontradiktif. Artinya, kedua penjelasan tersebut saling melengkapi, bukan saling menafikan atau saling bertentangan.

Jadi seorang muslim yang mengimani penjelasan aqidah, tidak berarti menolak penjelasan ilmiah. Demikian juga, seorang muslim yang membenarkan penjelasan ilmiah, tidak berarti dia menolak penjelasan aqidah. Ini karena penjelasan ilmiah sebenarnya dapat diterima seorang muslim, selama penjelasan ilmiah yang ada betul-betul objektif dan tidak ada bias yang berusaha mempertentangkan fenomena ilmiah dengan Aqidah Islam dan Syariah Islam.

 

Musibah : Ujian Atau Azab?

Berdasarkan studi terhadap nash-nash Al-Qur`an dan As Sunnah yang terkait dengan musibah, secara garis besar ada dua sebab terjadinya musibah :

Pertama, musibah yang disebabkan oleh dosa atau maksiat yang dilakukan oleh manusia. Dengan kata lain, musibah ini adalah hukuman (al-’uqūbāt/al-’iqāb) atas perbuatan dosa yang dilakukan manusia. Contohnya adalah musibah banjir dahsyat yang terjadi pada kaum Nabi Nuh AS yang tidak mau beriman kepada beliau, sesuai firman Allah SWT :

وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا نُوْحًا اِلٰى قَوْمِهٖ فَلَبِثَ فِيْهِمْ اَلْفَ سَنَةٍ اِلَّا خَمْسِيْنَ عَامًا ۗفَاَخَذَهُمُ الطُّوْفَانُ وَهُمْ ظٰلِمُوْنَ

“Dan sungguh, Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka dia tinggal bersama mereka selama seribu tahun kurang lima puluh tahun. Kemudian mereka dilanda banjir besar, sedangkan mereka adalah orang-orang yang zalim.” (QS. Al-‘Ankabūt : 14).

Kedua, musibah yang terjadi bukan karena dosa atau maksiat yang dilakukan manusia. Dengan kata lain, musibah ini merupakan ujian (al-ibtilā’) kepada manusia, bukan sebagai hukuman (al-’uqūbāt/al-’iqāb). Contohnya berbagai bencana alam yang menjadi ujian kepada manusia, seperti firman Allah SWT :

وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ بِشَيْءٍ مِّنَ الْخَوْفِ وَالْجُوْعِ وَنَقْصٍ مِّنَ الْاَمْوَالِ وَالْاَنْفُسِ وَالثَّمَرٰتِۗ وَبَشِّرِ الصّٰبِرِيْنَ اَلَّذِيْنَ اِذَآ اَصَابَتْهُمْ مُّصِيْبَةٌ ۗ قَالُوْٓا اِنَّا لِلّٰهِ وَاِنَّآ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَۗ

Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali).” (QS. Al-Baqarah : 155-156)

Maka dari itu, jelaslah bahwa untuk dapat melakukan identifikasi suatu musibah apakah merupakan ujian atau azab Allah, dapat dilihat bagaimana track record (rekam jejak) seorang individu, atau suatu kaum (komunitas), atau suatu negeri. Jika sebelum terjadinya musibah, mereka adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa, berarti musibah itu adalah sekedar ujian bagi mereka, bukan azab Allah. Sebaiknya jika sebelum terjadinya musibah, mereka adalah orang-orang yang tidak beriman, atau tidak taat kepada Allah, dengan melakukan berbagai maksiat seperti berzina, mencuri, membunuh orang, melakukan muamalah riba, suap menyuap, dan sebagainya, berarti musibah itu adalah azab dari Allah kepada mereka.

Hanya saja, memang identifikasi yang kita lakukan tidaklah sesederhana yang telah dijelaskan di atas. Mengapa? Karena terkadang Allah SWT telah memaafkan orang-orang yang berdosa, sehingga Allah tidak mengirimkan azab kepada orang-orang yang berdosa itu. Allah SWT berfirman :

وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ

 “Musibah apa pun yang menimpa kamu adalah karena perbuatan tanganmu sendiri dan (Allah) memaafkan banyak (kesalahanmu).” (QS. Al-Syūrā : 30).

Terkadang pula, azab tidak dikirim Allah pada orang-orang kafir dan orang-orang yang berdosa, bukan lantaran Allah telah memaafkan mereka, melainkan karena Allah menunda azab untuk mereka, baik ditunda untuk dibalas di dunia setelah beberapa waktu secara mengejutkan dan membuat putus asa bagi si pelaku dosa, atau akan dibalas oleh Allah kelak di akhirat, bukan di dunia ini.

 Firman Allah SWT :

فَلَمَّا نَسُوا مَا ذُكِّرُوا بِهِ فَتَحْنَا عَلَيْهِمْ أَبْوَابَ كُلِّ شَيْءٍ حَتَّى إِذَا فَرِحُوا بِمَا أُوتُوا أَخَذْنَاهُمْ بَغْتَةً فَإِذَا هُمْ مُبْلِسُونَ

Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa.” (QS. Al-An’ām : 44).

 Sabda Rasulullah SAW :

إِذَا أَرَادَ اللَّهُ تَعَالَى بِعَبْدِهِ الْخَيْرَ عَجَّلَ لَهُ الْعُقُوبَةَ فِي الدُّنْيَا ، وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِعَبْدِهِ الشَّرَّ أَمْسَكَ عَنْهُ بِذَنْبِهِ حَتَّى يُوَافِيَهُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Jika Allah Ta’ala berkehendak hamba-Nya mendapatkan kebaikan, maka Allah akan menyegerakan azab baginya di dunia. Dan jika Allah berkehendak hamba-Nya mendapatkan keburukan, maka Allah akan menunda dia dengan dosanya hingga Allah membalas dosanya pada Hari Kiamat.” (HR. Al-Tirmidzi, no. 2396; Abu Ya’la, no. 4254).

 

Kebakaran Los Angeles Sebagai Azab Allah

Pada hari Selasa tanggal 7 Januari 2025, Presiden terpilih Amerika Serikat Donald Trump, menyampaikan ancaman kepada Hammas jika tidak segera membebaskan orang-orang Israel  yang menjadi tawanan mereka. Ancaman itu disampaikan Donald Trump ketika dia berpidato di Mar-a-Lago di Palm Beach, Florida, AS, 7 Januari 2025. Donald Trump berkata, “It will not be good for Hamas and it will not be good, frankly, for anyone. All hell will break out. I don’t have to say anymore, but that’s what it is.” (https://edition.cnn.com/2025/01/07/politics/trump-warning-gaza-hostages-negotiations-inauguration/index.html)

Ucapan itu dalam Bahasa Indonesia berarti :

Ini tidak akan baik untuk Hamas dan terus terang, ini tidak akan baik juga, untuk siapa pun. Semua neraka akan pecah. Saya tidak perlu mengatakan apa-apa lagi, tapi begitulah adanya.”

Dalam Bahasa Arab, ucapan Trump diterjemahkan oleh Google Translate begini :

لن يكون هذا جيدا لحماس ولن يكون جيدا، بصراحة، لأي شخص. سوف تندلع الجحيم . لا داعي لقول المزيد، لكن هذا هو الواقع

Ucapan Trump itu khususnya kalimat “All hell will break out” diterjemahkan ke dalam Bahasa Arab menjadi : سوف تندلع الجحيم (sawfa tandali’u al-jahīm) yang artinya,”Neraka (jahīm) akan pecah (menyebar/membesar).”

 

Kyai Ahmad Warsun Munawwir, dalam bukunya Kamus Al-Munawwir, hlm. 417, menerjemahkan kata indala’a, menjadi “membesar”.

Yang menarik, ketika ucapan Trump itu saya terjemahkan lewat Google Translate ke dalam Bahasa Indonesia, khususnya kalimat “All hell will break out”, oleh Google diterjemahkan menjadi “Semua kekacauan akan terjadi.” Tapi ketika ucapan Trump itu saya terjemahkan lewat Google Translate ke dalam Bahasa Arab, nampaknya terjemahannya lebih akurat dan jujur, sementara terjemahan ke dalam Bahasa Indonesia, terkesan sudah mengalami editing atau penghalusan bahasa (eufimisme). (Batin saya berkata,”Damn you Google.”).

Maka dari itu, terjemahan Bahasa Indonesia oleh Google Translate itu saya edit sendiri, yang semula “Semua kekacauan akan terjadi” kemudian menjadi Semua neraka akan pecah,” demi menjaga otentisitas redaksi dan presisi makna dari kalimat yang diucapkan oleh Donald Trump.

Jadi memang benar, bahwa Donald Trump betul-betul mengunakan kosakata “neraka” (hell) sebagai ancaman untuk muslim di Gaza, seperti omongan dia dengan mulutnya itu. Trump akan membuat neraka, yang berupa api, bukan sekedar kekacauan, di Gaza, jika Hammas tidak segera membebaskan sejumlah orang Israel yang menjadi tawanan Hammas.

Ucapan Trump tersebut, bahwa dia akan membuat neraka di Gaza, sungguh berlebihan dan penuh dengan kesombongan, karena neraka itu hakikatnya adalah milik Allah SWT saja. Dan bahkan manusia dilarang menggunakan api untuk membunuh sesama manusia. ‘Ikrimah RA, bekas budak (mawlā)  Ibnu ‘Abbas RA, meriwayatkan bahwa Khalifah Ali bin Abi Thalib RA telah menjatuhkan hukuman mati dengan cara dibakar hidup-hidup kepada kaum zindīq (kaum yang secara lahiriah menunjukkan keislaman, tetapi sebenarnya mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya karena menyembah berhala secara diam-diam). Berita ini akhirnya sampai kepada Ibnu ‘Abbas RA, maka berkatalah beliau mengkritik Khalifah Ali bin Abi Thalib RA dengan berkata,”Kalau aku, niscaya tidak akan membakar mereka karena Nabi SAW telah bersabda :

لَا تُعَذِّبُوْا بِعَذَابِ اللَّهِ

”Janganlah kamu menyiksa dengan siksaan Allah (api),” dan niscaya aku (Ibnu ‘Abbas) akan membunuh mereka karena sabda Nabi SAW :

مَن بَدَّلَ دِيْنَهُ فَاقْتُلُوْهُ

“Barangsiapa mengganti agamanya (keluar dari agama Islam), maka bunuhlah dia.” (HR. Al-Bukhari, no. 3017).

 

Dalam perang pun, Islam mengajarkan tidak boleh membunuh musuh dengan cara membakar mereka hidup-hidup, sebagaimana dijelaskan oleh Imam Ibnu Qudamah :

قال الإمام ابن قدامة : أما العدو إذا قدر عليه فلا يجوز تحريقه بالنار بغير خلاف نعلمه

Imam Ibnu Qudamah berkata,”Adapun musuh (kafir) jika dia dapat dibunuh (tanpa membakar), maka tidak boleh membakar musuh itu dengan api, tidak ada perbedaan pendapat (dalam hal ini) sejauh pengetahuan kami.” (Ibnu Qudamah, Al-Mughni, 9/286).

 

Jadi, Islam tidak membolehkan membunuh musuh yang kafir dengan api, kecuali dalam dua keadaan. Pertama, kecuali tidak ada jalan lain yang mampu dilaksanakan tentara muslim kecuali dengan cara membakar, sebagaimana ungkapan Imam Ibnu Qudamah tersebut di atas. Kedua, jika musuh kafir terlebih dulu sudah membakar tentara atau orang sipil dari umat Islam, maka boleh tentara muslim membalas membakar musuh kafir, sebagai tindak balas setimpal (al-mu’amalah bi al-mitsli) yang telah diiizinkan oleh Allah SWT :

فَمَنِ اعْتَدٰى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوْا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدٰى عَلَيْكُمْۖ

“Oleh sebab itu, siapa saja yang menyerang kamu, seranglah dia setimpal dengan serangannya terhadapmu.” (QS. Al-Baqarah : 194). (Taqiyuddin An-Nabhani, Al-Syakhshiyyah Al-Islamiyyah, 2/193-194).

Walhasil, ucapan Trump akan menciptakan neraka di Gaza, sungguh berlebihan dan oleh sebab itu, pantaslah kemudian jika Allah SWT membalas ucapan jahat itu dengan menimpakan azab yang dahsyat dan sangat mengerikan berupa api membara kepada rakyat Donald Trump, khususnya di daerah Los Angeles, di negara bagian California, Amerika Serikat.

Karena itulah, kami pribadi sepakat dengan pernyataan seorang ulama Al-Azhar, yakni Syekh Dr. Kamal Barbari, semoga Allah menjaganya (hafizhahullah), yang mengomentari kebakaran hebat nan dahsyat di Los Angeles Amerika Serikat itu, dengan mengatakan :

  أن الله سبحانه وتعالي أراد ان يعلم الجميع أن الأمور بيده ولا يجوز لأحد ان يقول سأجعل منطقة كذا جحيم، فالله سبحانه وتعالى هو الذي خلق الجنة والنار بيده الأمر كله، وكان رد الله بهذه الحرائق التي اشتعلت ولن يستطع أحد من البشر أن يطفئها ليعرف الجميع أن الله غالب علي أمره، وأن الله حول مناطق أمريكية الي جحيم وعجز البشر عن إطفاء الحرائق ليريهم الله بعض الذي عمله لعلهم يرجعون.

“Sesungguhnya Allah SWT ingin agar semua orang tahu bahwa segala sesuatu itu ada di tangan-Nya, dan bahwa tidak boleh seorang pun berkata, “Aku akan membuat daerah ini dan itu menjadi neraka.” Jadi Allah SWT sajalah yang telah menciptakan surga dan neraka, dan di tangan-Nya saja segala sesuatunya. Allah SWT telah menjawab (ucapan itu) dengan api yang menyala-nyala dan tidak ada seorang manusia yang mampu memadamkannya, agar semua orang tahu bahwa Allah sajalah yang memegang kendali atas urusan-Nya. Dan Allah sungguh telah mengubah sejumlah wilayah di Amerika Serikat menjadi neraka dan manusia tidak mampu memadamkan apinya, dengan tujuan bahwa Tuhan ingin menunjukkan kepada mereka sebagian dari apa yang telah Allah lakukan agar mereka dapat kembali (ke jalan yang benar).” (https://www.almasryalyoum.com/news/details/3350274).

 

Penutup

Demikianlah penjelasan kami seputar musibah, yang dapat ditarik kesimpulannya dalam beberapa poin sebagai berikut :

Pertama, bahwa suatu musibah dapat dijelaskan dengan penjelasan ilmiah dan penjelasan aqidah. Bagi seorang muslim, penjelasan ilmiah saja tidaklah cukup, melainkan wajib ditambah dengan satu penjelasan lagi, yaitu penjelasan aqidah.

Kedua, identifikasi musibah apakah merupakan ujian atau azab Allah, caranya dengan melihat track record (rekam jejak) seorang individu, atau suatu kaum (komunitas), atau suatu negeri sebelum terjadinya musibah. Jika sebelum terjadinya musibah, mereka adalah orang-orang yang beriman dan bertakwa, berarti musibah itu sekedar ujian bagi mereka, bukan azab Allah. Sebaiknya jika sebelum terjadinya musibah, mereka adalah orang-orang yang tidak beriman, atau tidak taat kepada Allah, dengan melakukan berbagai maksiat, berarti musibah itu adalah azab dari Allah kepada mereka.

Ketiga, terkadang Allah SWT memaafkan orang-orang yang berdosa, sehingga Allah tidak mengirimkan azab; dan terkadang pula Allah tidak mengazab orang-orang kafir dan orang-orang yang berdosa di dunia dengan segera, bukan lantaran Allah telah memaafkan mereka, melainkan karena Allah menunda azab untuk mereka, baik ditunda untuk dibalas di dunia setelah beberapa waktu secara mengejutkan dan membuat putus asa bagi si pelaku dosa, atau akan dibalas oleh Allah kelak di akhirat, bukan di dunia ini.

Keempat, kebakaran Los Angeles adalah azab Allah SWT, karena Allah SWT tidak ridho dengan ucapan yang sangat berlebihan dari Donald Trump yang akan menyebarkan neraka di Gaza, dan juga karena selama ini masyarakat Amerika (kecuali sebagian dari mereka) telah mendukung pemerintah Amerika Serikat yang membantu Yahudi Zionis yang kafir untuk membantai umat Islam secara kejam dan biadab di Palestina, khususnya di Gaza.

 

Mahabenar Allah dengan firman-Nya :

ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan (dosa dan maksiat) manusia. (Melalui hal itu) Allah bermaksud agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka itu, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).” (QS Al-Rūm : 41). Wallāhu a’lam.

 

Bandung, 17 Januari 2025

 Muhammad Shiddiq Al-Jawi

 

Catatan (Disclaimer) : Tulisan ini adalah perluasan dari tulisan kami sebelumnya yang berjudul KEBAKARAN HEBAT DI LOS ANGELES AMERIKA : PERSPEKTIF AQIDAH ISLAM.

 

[1]Lihat : Kenapa Kebakaran di Los Angeles Begitu Parah? https://www.youtube.com/watch?v=a6nqiB6FtHM

[2] Lihat : Data & Fakta Kebakaran Los Angeles Semakin Meluas https://www.youtube.com/watch?v=gVq6ext_OUI; Kondisi Los Angeles Mengenaskan Pasca Kebakaran, https://www.youtube.com/watch?v=26nkOCC1WTo

(Data Per Selasa 14 Januari 2024).

[3] Lihat : Kebakaran Los Angeles Tak Kunjung Padam, Ini Penyebabnya www.youtube.com/watch?v=tfhknkpvkuo