Home Hikmah OJO DIOMBE SAIKI, MENGKO DIOMBE SEPRAPAT JAM MANEH

OJO DIOMBE SAIKI, MENGKO DIOMBE SEPRAPAT JAM MANEH

34
Oleh : KH.M.Shiddiq Al-Jawi | Pakar Fiqih Kontemporer

 

Barusan sore ini (12/12) saya ngopi di kafe Rxxi O di Jalan Parangtritis, Jogja. Ketika saya meminum satu dua sruputan kopi Hot Americano saya -jelas tanpa gula- tiba-tiba ada seorang kakek berpenampilan desa, masuk ke area kafe.

Di tangannya ada satu bilah sabit dan golok, serta ada karung plastik kecil. Penampilan fisiknya kurus, warna jenggot sudah putih, dan gigi sudah ompong sebagian. “Niki nopo nggih?” (Ini jualan apa ya?), tanya kakek itu.

Saya jawab,”Niki kopi mbah, kalih roti nggih wonten.” (Ini jualan kopi, roti juga ada). Kakek itu nampak bingung dan sesaat nampak canggung (awkward). Saya langsung berpikir, mungkin dia pingin banget minum kopi dan makan roti tapi uang tidak punya.

“Monggo mbah milih roti, ngopi nggih monggo, mangke kulo ingkang mbayari,” kata saya. (Silakan kek milih roti dan kopi, biar saya yang membayar). Akhirnya kakek itu milih dua buah roti di situ, dan minta satu gelas kopi. “Kopinya panas atau dingin, Pak?” tanya mbak petugas Rxxi O kepada kakek itu. “Panas mandan adhem,” jawab si kakek, maksudnya, kopinya panas tapi agak dingin. Lalu saya bilang kepada kepada mbak petugas, “Kasih saja Hot Americano, tapi kasih gula,ya.” “Baik, Bapak,” jawab dia.

Sambil menunggu kopi siap, saya mencoba berdialog dengan kakek tersebut, dengan Bahasa Jawa halus (kromo inggil). Tapi saya merasa agak bingung karena nampaknya dia kurang bisa menangkap omongan saya, atau sayanya yang kurang bisa menangkap omongan dia.

Ternyata dia itu ceritanya bekerja serabutan dengan bekal arit dan golok, untuk bersih-bersih halaman atau pekarangan. Tapi dia mengeluh karena seharian ini belum dapat “job” sehingga dia kelaparan, dan memutuskan pulang tanpa hasil di sore itu. Akhirnya dia memutuskan pulang, dengan jalan kaki, dari arah Jokteng Kulon, menuju ke selatan ke arah Bantul.

Akhirnya kopi pun siap. Setelah saya terima dari mbak petugas, saya serahkan kopi dan dua roti kepada kakek itu. Saya lalu berucap kepadanya dengan Bahasa Jowo ngoko supaya dia lebih paham,”Mbah, iki ojo diombe saiki, soale ijik panas. Diombe seprapat jam maneh.”(Kek, ini jangan diminum sekarang, karena masih panas, minumnya seperempat jam lagi, ya). Tak terduga, kakek itu nampak senyum sumringah dan sepertinya lebih paham dengan omongan saya.

Semoga sedekah saya sore ini, diterima oleh Allah SWT, walau pun nilainya sedikit sekali, hanya beberapa puluh ribu rupiah.

Rasulullah SAW bersabda :

فَاتَّقُوا النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ فَمَنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ

“Jagalah diri kamu dari neraka meskipun hanya dengan bersedekah setengah biji kurma. Barangsiapa yang tak mendapatkannya, maka ucapkanlah perkataan yang baik.” (HR. Bukhari no. 1413, 3595 dan Muslim no. 1016).

Wallahu a’lam.

Yogyakarta, 12 Desember 2023
M. Shiddiq Al-Jawi