Home Siyasah MENGAPA PEMIMPIN-PEMIMPIN NEGARA ARAB TIDAK MENGIRIM BANTUAN MILITER KE PALESTINA?

MENGAPA PEMIMPIN-PEMIMPIN NEGARA ARAB TIDAK MENGIRIM BANTUAN MILITER KE PALESTINA?

138
Oleh : KH. M. Shiddiq Al-Jawi | Pakar Fiqih Mu’amalah & Kontemporer

 

Tanya :

Izin bertanya Ustadz, apa yang menjadi alasan negara-negara Arab di sekeliling Palestina tidak mengirim pasukan militer ke Palestina? Syukron. (Lili, Tidore).

 

Jawab :

Memang sangat memprihatinkan, para pemimpin dari negeri-negeri muslim di sekitar Palestina, seperti pemimpin Suriah, Lebanon, Yordania, Arab Saudi, Mesir, dan Turki, hanya diam menyaksikan saudara kita kaum muslimin di Palestina dibantai oleh Yahudi secara kejam dan biadab. Mereka hanya menggunakan mulut-mulut mereka untuk mengecam serangan Yahudi atau pun mendoakan muslim Palestina, atau hanya mengirimkan bantuan kemanusiaan, seperti obat-obatan, makanan, dan minuman, kepada muslim Palestina.

Namun tidak ada satu pun dari para pemimpin tersebut yang tergerak hatinya untuk mengirim bantuan militer kepada kaum muslimin Palestina dan ikut berperang melawan Yahudi yang kafir. Padahal memberi bantuan militer ini merupakan suatu kewajiban syariah yang dibebankan oleh Allah atas mereka. Firman Allah SWT :

وَاِنِ اسْتَنْصَرُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ

“(Tetapi) jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam (urusan pembelaan) agama, maka kamu wajib memberikan pertolongan.” (QS Al-Anfāl : 72).

Firman Allah SWT :

اِلَّا تَنْفِرُوْا يُعَذِّبْكُمْ عَذَابًا اَلِيْمًاۙ وَّيَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ وَلَا تَضُرُّوْهُ شَيْـًٔاۗ وَاللّٰهُ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ

“Jika kamu tidak berangkat (untuk berperang), niscaya Allah akan menghukum kamu dengan azab yang pedih dan menggantikan kamu dengan kaum yang lain, dan kamu tidak akan merugikan-Nya sedikit pun. Dan Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.” (QS At-Taubah : 39).

Lalu mengapa mereka tidak mengirim bantuan militer untuk kaum muslimin Paletina dan ikut memerangi Yahudi yang kafir? Jawabannya secara garis besar ada dua faktor penyebab sebagai berikut :

Pertama, jawaban secara internal, karena para penguasa itu telah bersikap lemah, yang diakibatkan oleh penyakit al-wahn dalam jiwa mereka, sebagaimana telah disabdakan oleh Rasulullah SAW.

Kedua, jawaban secara eksternal, karena para penguasa itu telah tunduk dan menjadi pengikut Barat, khususnya kepada Amerika Serikat. Ini juga sudah pernah diisyaratkan oleh Rasulullah SAW.

Mengenai faktor pertama, yaitu adanya penyakit al-wahn, terdapat hadits Rasulullah SAW yang menerangkannya, sebagai berikut :

عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُوشِكُ الْأُمَمُ أَنْ ‏ ‏تَدَاعَى ‏عَلَيْكُمْ كَمَا‏ ‏تَدَاعَى ‏الْأَكَلَةُ إِلَى ‏‏ قَصْعَتِهَا .‏ ‏فَقَالَ قَائِلٌ : وَمِنْ قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ ؟ قَالَ : بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ ، وَلَكِنَّكُمْ ‏غُثَاءٌ ‏كَغُثَاءِ ‏السَّيْلِ ، وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِعَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ ، وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهْنَ . فَقَالَ قَائِلٌ : يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا الْوَهْنُ ؟ قَالَ : حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ

Dari Tsauban RA, dia berkata,”Rasulullah SAW bersabda,”Akan segera tiba umat-umat (selain Islam) akan mengerumuni kamu (umat Islam), layaknya orang-orang yang mengerumuni makanan yang berada di dalam wadahnya.” Seorang laki-laki berkata, “Apakah karena kami waktu itu berjumlah sedikit?” Rasulullah SAW menjawab,”Bahkan jumlah kamu pada waktu itu banyak, namun kamu seperti buih di air yang mengalir. Sungguh Allah akan mencabut dari dada musuh kamu rasa takut mereka kepada kamu, dan akan menanamkan ke dalam hati kamu Al-Wahn.” Seseorang lalu berkata,”Wahai Rasulullah, apa itu Al-Wahn?” Rasulullah SAW menjawab,”Cinta dunia dan benci kematian.” (HR. Abu Dawud, Sunan Abu Dawud, nomor 3745).

Berdasarkan hadits di atas, terdapat dua hal yang menjadi sumber kelemahan umat Islam yang dijadikan santapan empuk oleh negara-negara kafir, yaitu adanya penyakit Al-Wahn, yang kemudian dijelaskan oleh Rasulullah SAW bahwa Al-Wahn itu adalah cinta dunia (hubbu al-dunyā) dan benci kematian (karāhiyat al-maut).

Cinta dunia (hubbu al-dunyā) adalah kecintaan kepada hal-hal yang bersifat duniawi, seperti harta, wanita, kedudukan, kekuasaan, dan sebagainya, yang diperoleh dengan cara yang melanggar Islam (mukhālafāt syar’iyyah). Misalnya, diperoleh dengan cara yang haram, seperti investasi ribawi, suap menyuap (risywah), dsb, atau diperoleh dengan cara yang halal akan tetapi dengan meninggalkan kewajiban-kewajiban syariah, misalnya meninggalkan kewajiban sholat, meninggalkan kewajiban berbusana syariah, meninggalkan kewajiban zakat harta (zakāt al-māl), meninggalkan kewajiban jihād fī sabīlillāh, dan sebagainya.

Sedangkan benci kematian (karāhiyat al-maut), yang dimaksudkan bukan benci kematian dalam arti umum, melainkan benci kepada kematian yang sifatnya khusus, yaitu kematian dalam perang atau jihād fī sabīlillāh. Jadi, benci kematian itu, maksudnya adalah benci untuk melakukan jihād fī sabīlillāh. Dalilnya karena ada hadits riwayat Imam Ahmad yang menjadi bayān (penjelasan) dari hadits riwayat Imam Abu Dawud di atas yang masih bersifat global (mujmal). Dalam kitab Al-Musnad, Imam Ahmad, rahimahullāh, meriwayatkan satu riwayat hadits sebagai berikut :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ لِثَوْبَانَ : كَيْفَ أَنْتَ يَا ثَوْبَانُ، إِذْ تَدَاعَتْ عَلَيْكُمُ الْأُمَمُ كَتَدَاعِيكُمْ عَلَى قَصْعَةِ الطَّعَامِ تُصِيْبُونَ مِنْهُ؟  قَالَ ثَوْبَانُ: بِأَبِي وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ، أَمِنْ قِلَّةٍ بِنَا؟ قَالَ لَا، بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ، وَلَكِنْ يُلْقَى فِي قُلُوبِكُمْ الْوَهْنُ  قَالُوا: وَمَا الْوَهْنُ؟ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ : حُبُّكُمْ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَتُكُمْ الْقِتَالُ

Dari Abu Hurairah RA, dia berkata,”Aku pernah mendengar Rasulullah SAW berkata kepada Tsauban RA, “Bagaimana kamu hai Tsauban, ketika umat-umat mengerumuni kamu (umat Islam), seperti kamu berkerumun pada satu wadah makanan yang kamu peroleh?” Tsauban bertanya,”Demi ayahku dan ibuku, wahai Rasulullah, apakah itu karena kami berjumlah sedikit?” Rasulullah SAW menjawab,”Tidak, bahkan jumlah kamu pada waktu itu banyak, namun telah tertanam ke dalam hati kalian Al-Wahn.” Mereka (para sahabat) bertanya,”Apakah Al-Wahn itu, wahai Rasulullah?” Rasulullah SAW menjawab,”Cinta kamu pada dunia dan kebencian kamu pada perang (jihad).” (HR. Ahmad, Al-Musnad, 2/359, nomor 8713).

Berdasarkan hadits riwayat Imam Ahmad ini, terdapat bayān (penjelasan) dari kalimat “benci kematian” (karāhiyat al-maut) yang bermakna global (mujmal) dalam hadits riwayat Imam Abu Dawud. Dalam hadits riwayat Imam Ahmad, tafsiran dari “benci kematian” (karāhiyat al-maut) adalah “bencinya kamu kepada perang/jihad” (karāhiyatukum al-qitāl).

Jadi, inilah penjelasan Rasulullah SAW yang kiranya dapat menjadi petunjuk untuk menjawab pertanyaan,”Mengapa pemimpin negeri-negeri Islam tidak mau berperang melawan Yahudi?”. Jawabannya karena mereka terkena penyakit al-wahn, yaitu cinta dunia dan benci untuk berjihad. Bagaimana mungkin mereka akan berangkat berjihad di Palestina melawan Yahudi, sedangkan mereka membenci jihād-nya itu sendiri?

Dan sudah terbukti bahwa bahwa saat ini para pemimpin negeri-negeri Islam memang para pembenci ajaran Islam yang bernama jihad dalam Islam. Arab Saudi telah banyak merevisi buku-buku teks pelajaran dalam kurikulum pendidikan mereka, yang substansinya mengubah posisi “Israel” dari musuh menjadi sahabat atau teman. Hal ini ditunjukkan oleh sebuah berita di situs detik.com tanggal 20 Juni 2023 yang berjudul Arab Saudi Perlahan Hapus Materi Anti-Israel dari Buku Pelajaran.

Bahkan kebencian terhadap ajaran Islam bernama jihad ini, juga sudah berjangkit di Indonesia. Situs republika.co.id pada tanggal 9 Desember 2019 menurunkan berita berjudul Tak Dihapus, Kemenag Revisi Materi Khilafah dan Jihad. Berita ini isinya mengklarifikasi bahwa Kemenag (Kementerian Agama) tidak menghapus materi tentang jihad dan khilafah dari kurikulaum MAN (Madrasah Aliyah Negeri), melainkan hanya melakukan “perbaikan dengan meletakkan materi-materi itu (khilafah dan jihad) pada porsi dan konteks pembicaraan yang sesuai dan proporsional.” Maksudnya, Kemenag tidak menghapus materi jihad dan khilafah, melainkan hanya memindahkan materi jihad dan khilafah itu, yang asalnya terdapat dalam pelajaran Fiqih Islam (hukum Islam), ke mata pelajaran Sejarah dan Kebudayaan Islam. Demikianlah khutbah dari seorang pejabat Kemenag dalam rangka membohongi dan membodohi umat Islam di Indonesia.

Sesungguhnya klarifikasi Kemenag itu hanyalah permainan kata dan omong kosong yang tidak berguna, karena intinya adalah tetap menghapuskan jihad dan khilafah dari ajaran Islam. Hal ini karena jihad dan khilafah itu memang posisinya seharusnya adalah bagian mata pelajaran Fiqih Islam, bukan bagian mata pelajaran Sejarah dan Kebudayaan Islam. Posisi ajaran jihad dan khilafah, sama persis dengan posisi ajaran tentang sholat, zakat, dan haji, yang semuanya adalah bagian dari pelajaran Fiqih Islam. Bukan bagian dari pelajaran Sejarah dan Kebudayaan Islam. Bayangkan, apakah yang terjadi jika sholat, zakat, dan haji itu, dipindahkan dari pelajaran Fiqih Islam ke pelajaran Sejarah dan Kebudayaan Islam? Tentu hal ini sangat mengerikan sekaligus menyesatkan, karena peserta didik akan mendapat pengetahuan yang sesat dan menyesatkan, bahwa sholat, zakat, dan haji itu bukanlah kewajiban yang harus dilakukan umat Islam saat ini, melainkan sekedar peristiwa sejarah di masa Nabi SAW yang hanya cukup untuk dikenang sebagai nostalgia, tapi bukan untuk diamalkan saat ini. Na’ūzhu billāhi min dzālik…

Maka dari itu, bagaimana mungkin kita berharap para pemimpin negeri-negeri Islam ini akan tergerak hatinya untuk terjun dalam jihād fī sabīlillāh melawan Yahudi di Palestina, jika mereka sendiri beranggapan bahwa Yahudi itu bukanlah musuh melainkan sahabat atau teman? Bagaimana mungkin kita berharap para pemimpin negeri-negeri Islam akan mengirim senjata atau tentara untuk berjihad melawan Yahudi, jika mereka sendiri sangat membenci jihād fī sabīlillāh sebagai ajaran Islam, bahkan mereka sudah gila ingin menghapuskan jihād fī sabīlillāh dari ajaran Islam?

Itulah faktor pertama yang menyebabkan para pemimpin tidak mengirim bantuan militer ke Palestina, yaitu karena mereka telah terkena penyakit al-wahn, yaitu cinta dunia (hubbu al-dunyā) dan benci mati (karāhiyat al-maut) yang maknanya tiada lain adalah membenci jihad (karāhiyat al-qitāl).

Adapun faktor kedua, mengapa para pemimpin tidak mengirim bantuan militer ke Palestina, adalah karena ketundukan para pemimpin negeri Islam kepada Barat, khususnya Amerika Serikat, sehingga mereka pun akhirnya mengekor saja pada kebijakan politik internasional dari negara-negara Barat. Ketika Amerika Serikat menggariskan solusi masalah Palestina dengan solusi dua negara (two state solution), misalnya, maka pemimpin negeri-negeri Islam pun, seperti Arab Saudi, Turki, Mesir, dan bahkan Indonesia, akhirnya ramai-ramai mengekor dan bertaklid buta pada kebijakan solusi dua negara yang sangat tidak adil tersebut.

Rasulullah SAW telah memberi isyarat kepada kita mengenai sikap tunduk umat Islam kepada Barat tersebut, dalam sebuah hadits sebagai berikut :

عَنْ ‏أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ ‏قَالَ ‏: ‏قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ‏‏صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَتَتَّبِعُنَّ سَنَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ ، وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ دَخَلُوا فِي جُحْرِ ضَبٍّ لَاتَّبَعْتُمُوهُمْ ، قُلْنَا : يَا رَسُولَ اللَّهِ ‏ ‏آلْيَهُودَ ‏وَالنَّصَارَى ‏، ‏قَالَ : فَمَنْ .أخرجه البخاري (7320) ، مسلم (2669) .

Dari Abu Sa’īd Al-Khudriy RA, dia berkata,”Rasulullah SAW telah bersabda “Sungguh kamu (umat Islam) akan benar-benar mengikuti kebiasaan orang-orang sebelum kamu, sejengkal demi sejengkal dan sehasta demi sehasta, sehingga kalau pun mereka masuk ke dalam lubang biawak, kamu pasti akan tetap mengikuti mereka.” Kami bertanya,“Wahai Rasulullah, apakah mereka itu kaum Yahudi dan Nasrani?” Rasulullah SAW menjawab, “Lalu siapa lagi (kalau bukan mereka)?” (HR. Bukhari, no. 7320; Muslim, no 2669).

Hadits tersebut merupakan salah satu hadits Nabi SAW yang menjelaskan kondisi umat Islam di akhir zaman, ketika umat Islam akan mengikuti cara hidup kaum Yahudi dan kaum Nasrani, walaupun apa yang dilakukan oleh kaum Yahudi dan kaum Nasrani itu sangat tidak layak bagi perikehidupan manusia. Inilah yang diungkapkan oleh Nabi SAW dengan sabda beliau,”masuk ke lubang biawak.” (law dakhalū fī juhri dhabbin). Dan pada masa kini, apa yang disebut Barat, yaitu negara-negara Amerika Serikat dan Eropa, pada faktanya adalah masyarakat-masyarakat yang beragama Yahudi dan Nasrani.

Apa yang telah disabdakan oleh Nabi SAW ini, lebih dari seribu empat ratus tahun yang lalu, faktanya memang betul-betul telah terwujud saat ini, ketika para penguasa Dunia Islam tunduk dan menjadi pengikut dari Barat, di bawah pimpinan Amerika Serikat, yang beragama Yahudi atau Nasrani. Ketika Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya saat ini justru menjadi pendukung “Israel”, maka posisi dan sikap yang akan diambil oleh para pemimpin negeri-negeri Islam, juga akan menyesuaikan dengan garis politik Amerika Serikat tersebut. Sikap mereka jelas akan sejalan dengan Amerika Serikat, tidak mungkin mereka mengambil jalan berbeda atau bertolak belakang dengan Amerika Serikat. Jadi jelas tidak mungkin pemimpin negeri Islam akan mengambil sikap yang tegas dan benar untuk berperang membela Palestina dan melawan “Israel”, karena mereka akan berhadapan dengan “majikan” mereka sendiri, yaitu Amerika Serikat, yang telah menjadi pendukung “Israel”. Maka dari itu, wajarlah kalau mereka hanya mampu mengecam “Israel” dengan mulut mereka. Hanya mampu berdoa untuk Palestina dengan mulut-mulut mereka. Kalau pun mereka memberi bantuan, itu pun juga sekedar bantuan kemanusiaan, bukan bantuan militer seperti pasukan militer atau alat utama sistem persenjataan (alutsista), seperti pesawat tempur, roket, bom, dan sebagainya. Jelas tidak mungkin berharap ada bantuan militer demikian dari para penguasa negeri-negeri Islam itu, karena mereka sesungguhnya adalah sekutu-sekutu yang hanya bisa patuh dan tunduk pada Amerika Serikat yang kafir.

Kesimpulannya, secara garis besar ada dua faktor mengapa para pemimpin negeri-negeri Islam tidak mengirim bantuan militer kepada kaum muslimin Palestina; pertama, karena mereka telah mengalami kelemahan mental yang sangat gawat yang disebut Al-Wahn, yaitu cinta dunia (hubbu al-dunyā) dan benci mati (karāhiyat al-maut) yang makna sesungguhnya ialah benci kepada jihad (karāhiyat al-qitāl). Kedua, karena mereka telah tunduk dan patuh mengikuti kaum Yahudi dan Nasrani, yakni negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat.

Sebagai penutup, kami sampaikan satu hadits Nabi SAW, yang semoga inilah solusi untuk mengatasi dua faktor tersebut, yaitu kembali kepada ajaran Islam yang sebenarnya. Ini memerlukan penjabaran yang juga cukup panjang dan lebar, namun ringkasnya kami sampaikan haditsnya berikut ini :

عَنْ ابْنِ عُمَرَ قَالَ سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوْا إِلَى دِيْنِكُمْ.

Dari Ibnu ‘Umar RA, dia berkata,”Aku mendengar Rasulullah SAW bersabda,”Apabila kamu telah berjual-beli secara jual beli ‘īnah (*), mengambil ekor-ekor sapi, dan ridha dengan pertanian serta meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kehinaan kepada kamu, yang tidak akan dicabut oleh Allah hingga kamu kembali kepada agama kamu.” (HR. Abu Dawud, no. 3003). Wallāhu a’lam.

 

Ternate, 28 Nopember 2023
Muhammad Shiddiq Al-Jawi

 

= = =
(*) jual beli ‘īnah adalah si A menjual barang kepada si B secara kredit, lalu si A membeli kembali barang tersebut dari B secara kontan, dengan harga yang lebih rendah. (Rawwās Qal’ah Jie, Mu’jam Lughat Al-Fuqahā`, hlm. 295). Ini hakikatnya adalah muamalah ribawi yang dimanipulasi seolah-olah sebagai jual beli.